NASIONAL, Zenta Inovasi – Program Pendampingan Usaha Mikro Mandiri akan menggandeng dua perguruan tinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM).
“Kami berharap ekosistem pendampingan usaha mikro semakin kuat dan berkembang untuk menumbuhkan ekonomi baru dan juga eksisting usaha mikro yang naik kelas, mandiri, juga berkelanjutan,” ungkap Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM, Yulius, di Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 22 Mei 2024, melansir kemenkopukm.go.id.
Ia menjelaskan, program Pendampingan Usaha Mikro Mandiri ini bertujuan untuk memberikan akses dan ruang bagi pelaku usaha mikro dalam meningkatkan skill serta kemampuan entrepreneurial dan manajerialnya.
Termasuk akses untuk sertifikasi produk seperti Sertifikasi Halal, SPP-PIRT, dan HKI hingga akses perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.
Kedua, menyediakan media showcase produk unggulan dan jejaring pasar bagi peserta. Dan ketiga, meningkatkan komitmen dan sinergi berbagai pihak dalam program pendampingan berkelanjutan bagi pelaku usaha mikro.
Untuk diketahui, pada 2023 lalu, sebanyak 36 persen peserta program mengalami kenaikan omzet, 28 persen mengalami kenaikan aset, dan 23 persen bertambah tenaga kerjanya.
“Selain itu, program ini juga menghubungkan peserta dengan akses pemasaran ke agregator, seperti Evermos, Transmart, Yomart, Krisna, dan Hamzah Batik,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya mengubah pola pikir pelaku usaha mikro dari sekadar survival (bertahan hidup) menjadi bermental kuat enterpreneur yang ingin terus maju dan berkembang.
“Problemnya itu ada di pola pikir usaha mikro yang merasa sudah cukup. Karena, awal berbisnisnya hanya untuk menghidupi keluarga,” tukasnya.
Ia mengakui, kendala pelaku usaha mikro untuk tumbuh yakni sulit mengakses pasar, bahan baku, hingga akses ke teknologi.
“Oleh karena itu, program pendampingan usaha mikro seperti ini dari hulu hingga hilir harus terus dilanjutkan dan diperkuat,” terangnya.
Ia melihat banyak peluang dan kesempatan bagi pelaku usaha mikro untuk berkembang. Ia mencontohkan pelaku usaha mikro di Jepang yang sukses membuat produk oleh-oleh khas negerinya dengan kemasan super cantik.
“Peluang produk usaha mikro itu adanya di toko oleh-oleh. Maka, kemasan produk harus berkonsep gift atau kado, seperti yang dilakukan di Jepang. Kedepankan kolaborasi dan sinergi dengan stakeholder dan komunitas kreatif UMKM untuk mendukung kesuksesan program. Seperti agenda kerja sama yang akan dirilis bersama ITB dan UGM. Program inkubasi seperti ini sudah tepat,” tandasnya.
Ia berharap, dengan UMKM berbasis kewirausahaan, akan tumbuh ekonomi baru di subsektor UMKM, tidak hanya kuliner, fesyen, ataupun kriya namun juga UMKM di bidang jasa dan digital seperti games, aplikasi, film, musik, dan fotografi.
Melansir dari https://www.kemenkopukm.go.id/read/menkopukm-kembangkan-usaha-mikro-dari-mental-survival-menuju-enterpreneur