Parigi Moutong, Zenta Inovasi – Tahun ini program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) di Parigi Moutong, berbeda dari tahun sebelumnya.
Jika sebelumnya, GSMS di Parigi Moutong berfokus melatih siswa menampilkan seni tari, seni musik dan seni pertunjukan, tahun ini bertambah cabang seni baru yaitu film dan fotografi.
Tahun ini ada dua sekolah penerima GSMS dengan cabang seni baru, Fotografi di SMP Negeri 2 Parigi dan Film di SMP Negeri 1 Parigi Selatan.
Pelatih seni film, Irwan Kurniawan mengatakan, tujuan pembelajaranya yaitu ingin mengenalkan cara membuat film dengan sederhana kepada siswa.
“Sejak awal saya sudah sampaikan mereka bukan jadi pemain film, tetapi jadi pembuat film. Mulai dari ide cerita, menulis naskah sampai produksinya itu semua mereka lakukan sendiri, tugas saya hanya melatih dan mengarahkan,” jelas Irwan.
Irwan menambahkan, selama proses pembelajaran, setiap siswa diminta untuk memahami dan bertanggungjawab dengan tugas dan peranya masing- masing.
“Misalnya yang bertugas untuk mengambil video, yang bertugas untuk menyiapkan semua perlengkapan di lokasi, semua paham apa tugas masing- masing,” urainya.
Kata Irwan, yang masih menjadi ‘PR’ berat dia untuk melatih siswanya adalah proses editing video.
“Kalau itu saya masih ambil alih karena keterbatasan waktu, tetapi teori dasarnya saya tetap ajarkan,” pungkasnya.
Sementara, untuk seniman fotografi Moh.Isra Labudi mengatakan, diawal pertemuan siswanya masih diajar teori dasar fotografi. Kemudian dilanjutkan dengan praktek dan memberikan tugas- tugas.
“Persiapan pentas akhir, siswa akan menampilkan hasil foto mereka, mungkin seperti konsep pameran foto,” tutupnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Ninong Pandake, mengatakan, pada pentas akhir nanti semua seniman dari 23 sekolah akan menampilkan karya terbaiknya. Meskipun tidak dilombakan, diharapkan siswa bisa tampil dengan maksimal.
“Salah satu output dari program GSMS ini, harapanya bisa menggali potensi bakat seni siswa yang ada di sekolah, ini merupakan salah satu program unggulan Kementerian Pendidikan yang wajib kita sukseskan,” tandas Ninong.
Lanjut Ninong, yang berbeda juga dari GSMS tahun ini bukan hanya mengajarkan seni, tetapi mengenalkan sepuluh Objek Pemajuan Kebudayaan Daerah (OPK) di Parigi Moutong.
Salah satu tim perumus GSMS, Jumardin S.Adjam menambahkan, semua seniman harus serius menggarap konsep yang akan ditampilkan pada pentas akhir.
Misalnya kata dia, ada seniman yang melatih seni pertunjukan teater yang mengangkat sejarah lokal dan memasukan ritus, sehingga diharapkan bisa menyajikan alur cerita yang baik.
“Bukan hanya memperkenalkan sejarah dan budaya kita kepada orang lain, tetapi juga mengedukasi karena didalam pertunjukan terkandung nilai-nilai yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari- hari,” ucap Joe, sapaan akrabnya.