Parigi Moutong, Saurus Trans Inovasi – Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans), Abdul Malik Ibrahim, mengatakan, saat ini Parigi Moutong belum memiliki data terperinci jumlah potensi tenaga dan lapangan kerja.
“Nakertrans sebenarnya salah satu solusi kemiskinan ekstrem. Contoh diperencanaan Renstra, ada penyediaan kesempatan kerja. Harusnya kita sudah maping berapa potensi lapangan kerja di kabupaten, berapa potensi jumlah tenaga kerja kita. Perencanaan tenaga kerja daerah ini adalah kewajiban sesuai UU tenaga kerja. Agar ada sistem yang berbasis elektronik, untuk lowongan kerja,” jelasnya, saat menghadiri rapat realisasi anggaran satu semester dan prognosis enam bulan kedepan, di gedung DPRD, Jumat 4 Agutus 2023.
Abdul Malik menambahkan, jika sudah ada data itu maka Nakertrans akan lebih terarah dalam melaksanakan pelatihan tenaga kerja. Sehingga semua tenaga kerja yang dipersiapkan benar-benar bisa terserap sesuai keahlianya.
“Kalau dasarnya sudah baik, baru masuk pada pelatihan tenaga kerja. Secara provinsi terbuka lapangan kerja, secara nasional Ibu Kota Negara (IKN) juga terbuka lapangan kerja. Maka pelatihan kompetensi dibutuhkan,” ujarnya.
Malik mencontohkan, pekerja yang masuk ke pembangunan IKN harus memiliki sertifikat konstruksi. Padahal jumlah pekerja sangat dibutuhkan, hanya saja tidak banyak yang sudah memiliki lisensi.
“Masih ribuan pekerja yang dibutuhkan seperti di Industri Morowali, di IKN juga. Sehingga kita membutuhkan pelatihan untuk mendapatkan lisensi itu,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pemetaan jumlah potensi tenaga dan lapangan kerja benar-benar sangat dibutuhkan daerah, sehingga Nakertrans berharap ada dukungan anggaran untuk melaksanakan itu.
“BPS itu data estimasi, untuk memastikan kita harus ada data pendamping atau pembanding. Sehingga kami butuh anggaran untuk pendataan potensi tenaga dan lapangan kerja,” tandasnya.
Sementara itu, pimpinan rapat Komisi IV Leli Pariani menanggapi, hal itu akan disampaikan dalam rapat Paripurna agar menjadi perhatian semua anggota DPRD.
“Tidak usah jauh-jauh ke Kalimantan dan Morowali, kita ini ada industri pengelolaan kelapa di Avulua sana, masuk juga beberapa perusahaan. Kalau tenaga kerja kita secara keterampilan sudah siap, perusahaan mudah untuk melakukan perekrutan. Ini perlu jadi perhatian untuk mengurangi pengangguran dan membuka lapangan kerja,” kata Leli Pariani.
Leli juga mengingatkan, agar dalam melaksanakan pelatihan Nakertrans perlu lakukan sosialisasi lebih masif hingga ke tingkat desa, agar pelatihan tenaga kerja bisa dirasakan warga Parigi Moutong secara merata.
“Biar kantornya di Balinggi sana, setidaknya yang dari utara juga tahu ada pelatihan. Biar yang benar-benar mau, mendaftar ikut pelatihan. Jangan tersentralisir di bagian selatan saja, tidak boleh begitu saya ingatkan agar ini jadi perhatian,” tutupnya.