SAURUS TRANS INOVASI, NASIONAL – Direktur Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid mengatakan, pelibatan publik terutama generasi muda menjadi kunci keberhasilan dalam pelestarian cagar budaya.
“Yang tidak hanya memberikan hiburan namun juga menjadi sarana membawa manfaat kesejahteraan untuk masyarakat di sekitar cagar budaya,” ungkapnya, saat memberikan arahan dalam seminar nasional bertajuk Sinergi Penetapan dan Pelestarian Cagar Budaya, di Jakarta, Jumat (10/2) melansir kemdikbud.go.id.
Diakuinya, generasi muda saat ini menganggap cagar budaya merupakan bagian dari sejarah zaman dulu sehingga diperlukan inovasi ataupun pendekatan khusus.
Terkait itu, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Junus Satrio Atmojo mengatakan, cagar budaya merupakan kekayaan budaya yang diperoleh secara turun menurun.
“Jika berkunjung ke cagar budaya, di situlah adanya kontak batin (chemistry) serta timbul perasaan ingin merasakan hal yang terjadi di masa lalu,” tuturnya.
Junus melanjutkan, sebagai warisan budaya masa lalu, cagar budaya menyimpan banyak informasi.
“Pada prinsipnya upaya pelestarian cagar budaya dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan informasi ini dengan cara mempertahankan eksistensinya,” terangnya.
Masih dari sumber yang sama, Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi pemerintah pusat dan daerah sehingga empat situs Kawasan Semarang Lama sudah mulai eksis aktivitas budayanya.
“Pasca penetapan status cagar budaya, kami telah melakukan proses revitalisasi atas Kawasan Semarang Lama yang terdiri dari situs Kampung Melayu, Kampung Kauman, Pecinan, dan Kota Lama (Oudestad). Selanjutnya, kami mengadakan berbagai aktivitas budaya yang melibatkan publik seperti peragaan busana, pameran batik langka dan sajian kuliner lewat pemanfaatan bangunan yang tidak terpakai di kawasan tersebut,” urainya.
Diakhir seminar, Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin mengatakan, cagar budaya merupakan wahana yang tidak hanya inklusif tapi juga seyogyanya menjadi wahana edukatif.
Melansir Dari :