Kawasan Peradaban Purba di Tomori Sulteng, Jadi Objek Penelitian BRIDA dan UNTAD

PALU, Zenta Inovasi– Situs tapak tangan di kawasan peradaban purba, Teluk Tomori Kebupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), jadi salah satu objek penelitian Badan Riset Inovasi (BRIDA) Sulteng dan Universitas Tadulako (UNTAD) Palu.

Tujuan dari penelitian tersebut, untuk memetakan dan menggali informasi mengenai situs bersejarah di Sulawesi Tengah.

Bacaan Lainnya

Saat ini, salah satu situs yang menjadi fokus penelitian mereka yaitu kawasan cagar budaya situs tapak tangan (Hand Stensil).

“Situs tapak tangan ini merupakan bagian penting dari sejarah dan warisan budaya Sulawesi Tengah. Jejak tapak tangan ditemukan dibeberapa lokasi berbeda di Petasia, Kabupaten Morowali Utara. Kawasan ini diyakini sebagai tempat bersejarah, keberadaan lukisan tangan manusia berwarna merah, peninggalan manusia zaman pra sejarah. Tapak tangan ini dipercaya sebagai telapak tangan Raja Sawerigading dari Kerajaan Luwu.” Jelas Ikhtiar Hatta, selaku anggota tim riset. Selasa 13 Februari 2024.

Kata Ikhtiar Hatta, keberadaan situs ini tengah terganggu dengan adanya aktivitas tambang, juga karena adanya pembangunan Jetty (pelabuhan bongkar muat) yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dari lokasi.

Ia Juga mengatakan, sampai saat ini masyarakat yang berada disekitaran situs, terus mendesak Pemda Morut untuk segera memberhentikan aktivitas perusahaan yang menganggu, bahkan bisa merusak situs yang sudah menjadi salah satu icon daerah tersebut.

Ikhtiar jaga mengatakan, pada saat melakukan riset, ditemukan juga goa yang berada pada atap tebing batu putih situs tapak tangan dengan kedalaman sekitar 18-20 meter dan lebar sekitar 3-4 meter.

Ia menyayangkan, ketika mendapati pembuangan/pembakaran sampah dari aktivitas tambang hanya berjarak sekitar 35-38 meter dari goa tersebut.

Menurutnya untuk melindungi situs-situs bersejarah, diperlukan langkah-langkah kongkret dan komitmen bersama.

Pertama, penting untuk memperkuat peraturan dan regulasi terkait pelestarian cagar budaya. Pemerintah daerah perlu meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas tambang yang dapat merusak situs-situs bersejarah.

Kedua, edukasi kepada masyarakat lokal dan pengunjung tentang pentingnya melestarikan warisan budaya juga sangat penting.

Dengan pemahaman yang lebih baik akan nilai-nilai sejarah dan budaya di balik situs-situs ini, diharapkan akan ada kesadaran yang lebih besar untuk melindunginya.

“Kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat dalam pengelolaan situs-situs bersejarah juga dapat memperkuat upaya pelestarian. Dengan melibatkan berbagai pihak, diharapkan akan ada komitmen bersama untuk melestarikan warisan budaya ini untuk generasi mendatang,” tandasnya.

Selain itu, kata dia, perlu pemantauan dan pemeliharaan secara rutin terhadap situs-situs bersejarah tersebut. Hal ini termasuk dalam upaya menjaga keaslian situs serta mencegah kerusakan akibat faktor alamiah maupun manusia.

Adapun tindak lanjut dari riset ini, terjalin kerja sama antara pemerintah daerah dan lembaga-lembaga terkait juga komunitas lokal, untuk mengembangkan program-program pelestarian yang berkelanjutan.

“Program-program tersebut dapat mencakup pelatihan bagi masyarakat sekitar tentang cara menjaga situs bersejarah, serta pengembangan pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan keberlangsungan situs-situs tersebut,” ungkap dosen di Prodi Antropologi itu.

Pihaknya berharap, situs-situs bersejarah di Sulteng, seperti situs tapak tangan manusia purba di Teluk Tomori, dapat terjaga dengan baik dan tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia.

Diketahui tim yang tergabung dalam riset tersebut yaitu Dr. Ikhtiar Hatta, M.Hum. Dr. Haliadi, M.Hum. Ismail, S.Pd., M.Hum. Muh. Zainuddin Badollahi, S.Sos., M.Si. dan Marfi Rahmat, S.Sos.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *