Parigi Moutong, Saurus Trans Inovasi – Sentra Nipotowe Palu menyerahkan bantuan sosial di Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, dari Kementerian Sosial senilai Rp164.106.000. Kamis 2 November 2023.
Penyerahan bantuan sosial atensi (asistensi rehabilitasi sosial) Sentra Nipotowe Palu tahun 2023 ini, diberikan bagi penyandang disabilitas dan korban penyalahgunaan Napza di Kabupaten Parigi Moutong di Gedung Tagana.
“Bantuan yang sekarang ada dua jenis. Pertama diperuntukkan untuk kluster disabilitas dan kedua untuk eks pengguna narkoba. Jenisnya bermacam-macam, antara lain berupa bantuan usaha mebel, untuk ternak kambing dan ayam, untuk kios jualan voucher, kemudian ada sembako,” jelas Kepala Sentra Nipotowe Palu, Yadi Mukhtar.
Terkait bentuk-bentuk jenis bantuan tersebut, berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan kebutuhan sesuai kluster dari hasil asesmen yang dilakukan pendamping sosial.
“Jadi, kami memiliki standar dan itu disesuaikan dengan hasil asesmen dari para pendamping sosial, bisa juga hasil masukan dari pendamping PKH,” terangnya.
Dia berharap, untuk jenis bantuan pemberdayaan ekonomi seperti meubel, ternak dan warung bisa dikelolah dengan baik untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Pihaknya kata dia, secara berkala akan melakukan monitoring dan evaluasi dengan tujuan penerima bantuan bisa terus memanfaatkan apa yang diberikan dengan baik.
“Untuk menjaga kualitasnya atau standarnya, supaya mereka betul-betul menggunakannya dengan bermanfaat, kami secara berkala akan memonitornya,” tutup Yadi.
Sementara itu, Kasubag TU Sentra Nopotowe Palu, Hanafi menambahkan, harapannya bantuan yang diberikan bisa intens dan konsisten.
“Permasalahannya harus ada penyamaan persepsi antara pendamping dengan kami. Terkait penerima bantuan, ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi,” terangnya.
Misalnya, dilihat dari kondisi secara ekonomi, memang belum layak untuk menerima bantuan.
“Ada penerima bantuan yang sudah diusulkan, setelah kami cek ternyata orang tuanya atau keluarganya adalah PNS. Dari sisi penghasilan, berada diatas hasil upah minimun regional. Hal-hal seperti itulah yang harus kami cek kembali,” bebernya.
Hanafi mengaku pihaknya belum memegang data jumlah keseluruhan penyandang disabilitas di Parigi Moutong.
“Kami tidak punya data pasti dari kabupaten terkait jumlah penyandang disabilitas, disamping data-data yang lain ya. Kami mendorong dinas sosial untuk membuat kluster terhadap data-data,” ujar dia.
Namun jika dilihat dari data yang sudah tersalurkan, sampai saat ini sudah ada sekitar 200 penerima di parigi Moutong.
“Kalau tahun ini, mungkin baru sampai sekitar 200an yang kami salurkan untuk pemberian bantuan di Kabupaten Parigi Moutong. Data yang ada di kami, menurut kami belum data semuanya masuk di DTKS,” tandasnya.
Pihaknya mendorong agar Dinas Sosial Parigi Moutong terus memperbarui data sesuai hasil lapangan dan memastikan yang diusulkan masuk dalam DTKS.
“Kami mendorong Dinsos untuk terus melakukan update data dan memasukkan para penerima yang memang layak untuk dimasukkan ke DTKS,” kata Hanafi.
Terkait lansia, kata dia, jika hidup sebatang kara dan masuk kategori lansia terlantar diharapkan pemerintah daerah setempat membantu untuk memastikan keberadaan adminduknya. Kemudian diusulkan sebagai penerima Bansos.
“Untuk lansia, diupayakan kalau memang sudah sebatang kara sebaiknya dipisahkan Kartu Keluarganya dari anaknya, karena itu akan membantunya mendapatkan bantuan,” tutupnya.