Parigi Selatan, Zenta Inovasi – Analis Standarisasi, Takdir S,Pt M,Sc dari Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah mengatakan, teknik pembuatan pupuk trikompos lebih efektif dan efisien.
Demikian kata Takdir saat menghadiri Sekolah Lapang Peternakan di Dusun III Gunung Mulya, Desa Sumber Sari Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong, Rabu 24 Januari 2024.
“Ini pelatihan pengolahan limbah ternak sapi dengan metode kontinu dekomposer. Selama ini biasanya peternak mengolah kotoran padat satu kali dikumpul, diolah dan difermentasi kemudian panen juga satu kali,” jelasnya.
Metode itu kata dia, tidak begitu efektif dan efisien, mengingat kelompok peternak harusnya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dan berkesinambungan.
“Kita coba kolaborasi dan edukasi peternak, bagaimana caranya mengolah limbah ternak lebih efektif, satu kali dari awal kemudian tidak ada putusnya untuk panen. Pertama panen dihari ke 45 tetapi kemudian tiap dua minggu akan selalu panen secara bertahap,” terangnya.
Takdir mengatakan, teknik Trikompos ini secara teknis diawal pembuatan memakan waktu 45 – 60 hari kemudian baru bisa panen pertama. Tetapi selanjutnya panen pupuk kompos bisa lakukan setiap dua minggu, itulah mengapa metode ini sangat disarankan.
“Kelompok peternak di Parigi Moutong sudah kita dampingi sejak lama dan masih sampai saat ini, kita berharap terus ada perkembangan pengetahuan,” tuturnya.
Selain itu kata Takdir, yang tidak kalah penting juga adalah penguatan kelembagaan kelompok peternak.
“Akan lebih baik penguatan kelembagaan, karena secara teknis apapun mereka buat tetapi kelembagaan lemah akan bubar. Melalui kegiatan seperti ini, aktivitas beternak lebih menguatkan peternak,” tandasnya.
Ia mengimbau, kelompok peternak terus belajar mengembangkan keterampilanya dalam mengelolah limbah peternakan dengan metode Trikompos. Sebab bisnis kompos saat ini sangat menguntungkan bagi peternak dan petani.
“Mereka saat ini sudah menjual pupuk cair dan padat, di sini dan ada juga di Kelompok peternak Sausu. Kami edukasi kalaupun belum bisa dijual paling tidak bisa pakai sendiri. Jadi mengurangi penggunaan pupuk kimia,” ungkapnya.
Takdir menambahkan, peternak juga perlu memahami bahwa proses standarisasi pupuk memakan waktu yang cukup panjang, sehingga diperlukan keseriusan untuk terus belajar guna memenuhi syarat minimal yang sudah ditentukan.
“Katakanlah itu untuk mendapatkan SNI, itu prosesnya cukup panjang. Tetapi syarat teknis minimum produk pupuk di sini, sudah mendekati. Tidak menutup kemungkinan harapan kita mereka menjadi semakin lebih baik,” ujar Takdir.
Lanjutnya, di kelompok tani Harapan Baru II sebelumnya sudah pernah dijadikan demplot oleh BISP, untuk menguji pemanfaatan limbah ternak di lahan pertanian.
“Mereka sudah rasakan manfaatnya bisa membuat dan menggunakan pupuk sendiri. Bahkan kami diinformasikan, tingginya permintaan petani untuk membeli pupuk dari kelompok peternak di sini. Sehingga itulah yang melatarbelakangi dibuat pelatihan ini, dan kami siap membantu mendampingi,” tutupnya.
Pantauan media ini, Bimtek Pembuatan Pupuk Trikompos di Sekretariat Kelompok Harapan II juga dihadiri Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DISPKH) Arman Maulana, Dokter Hewan Fery, Sekretaris DISPKH Normawati M Said, Kepala Bidang Prasarana dan Penyuluhan Nurlina, Kabid Perbibitan Wayan Purna, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Masnuri dan penyuluh dari Kecamatan Sausu hingga Parigi Utara juga Mantri Hewan.