Dikbud Gelar Pengelolaan Kinerja Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah se-Kabupaten Parigi Moutong

Parigi Moutong, Zenta InovasiDinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Parigi Moutong, menggelar kegiatan Pengelolaan Kinerja Pengawas dan Kepala Sekolah Jenjang TK, SD, dan SMP Se-Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2025.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan memastikan akuntabilitas seluruh pendidik dan tenaga kependidikan, dengan fokus pada pengukuran kemampuan secara komprehensif, bukan hanya terbatas pada tugas mengajar atau memimpin.

Bacaan Lainnya

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Farid, saat ditemui diruangannya, Kamis 30 Oktober 2025.

​Ia mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan selama satu minggu tersebut, mengundang total peserta dari 425 SD Negeri, 114 SMP Negeri, 73 TK Negeri, dan 43 Pengawas Sekolah. Peserta dibagi dalam sesi per 100 orang setiap hari, untuk memaksimalkan pendampingan dan memastikan tidak ada kendala dalam penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).

​Poin utama dari pengelolaan kinerja ini adalah mengukur kemampuan individu secara luas, meliputi aspek atas, bawah, kiri, dan kanan. Hal ini berarti penilaian tidak hanya mencakup peran teknis sebagai guru, kepala sekolah, atau pengawas, tetapi juga sebagai pegawai secara umum.

“Mengukur kemampuan mereka ini luas, atas bawah kiri dan kanan. Jadi mereka ini bukan hanya diukur sebagai guru, sebagai pengawas, dan Kepala sekolah tetapi sebagai pegawai. Terus bagaimana mereka berhubungan dengan sesama rekan kerja, bagaimana mengukur mereka dengan masyarakat sekitar sekolah,” jelasnya.

​Farid juga menjelaskan, penilaian kinerja ini diibaratkan sebagai rapor dan menggunakan sistem berjenjang.

Kata ia, Penilaian dilakukan melalui sistem digital, yang memungkinkan adanya umpan balik (feedback) secara online dan terstruktur yakni, guru dinilai oleh Kepala Sekolah dan Kepala Sekolah dinilai oleh pengawas atau atasan langsung.

Kepala sekolah dan atasan diminta untuk memberikan ekspektasi yang detail terhadap bawahannya. Contohnya, seorang kepala sekolah dapat dinilai bagus dalam laporan, namun kinerjanya dipertanyakan jika terjadi kasus bullying atau jika angka kelulusan siswa ke jenjang berikutnya rendah.

​”Kita itu seperti saling chatan lewat sistem. Inilah penilaian kinerja itu,” katanya.

​Menurut Farid, melalui sistem pengelolaan kinerja ini, target peran guru saat ini telah diperluas. Guru tidak lagi hanya berfokus sebagai pengajar dan pendidik di dalam kelas, tetapi juga sebagai aktor utama atau mitra bagi lingkungannya.

Lanjut ia, guru harus aktif dalam komunitas belajar untuk meningkatkan kompetensinya, guru diharapkan terlibat dalam masalah sosial, seperti mengajak masyarakat mendukung program anak tidak sekolah, berinteraksi dengan kepala desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

Serta guru perlu memiliki kepekaan untuk mengidentifikasi masalah siswa, misalnya mencari tahu penyebab anak diam di kelas, apakah karena sifat pendiam atau adanya tekanan mental dari rumah.

​Ia menambahkan, keberhasilan pengelolaan kinerja ini akan berdampak langsung pada Rapor Pendidikan Kabupaten Parigi Moutong, yang saat ini menaungi lebih dari 600 satuan sekolah.

​”Salah satu ukuran kegiatan ini, bagaimana kita mengukur kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pengelolaan kinerjanya, agar jangan sampai ada yang terlewatkan dalam proses pelaksanaan programnya sehingga nilainya belum maksimal,” tandasnya.

Pengelolaan kinerja ini dilakukan per periode, dengan target di Parigi Moutong diambil per tahun untuk mengakomodir jarak dan rutinitas harian seluruh guru yang memiliki kegiatan padat, termasuk interaksi dengan murid dan berbagai kegiatan di tingkat jenjang masing-masing (seperti TK).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *