Parigi Moutong, Saurus Trans Inovasi – Salah satu peneliti sekaligus penulis buku sejarah Pahlawan Tombolotutu, Hilman Darsono Lumangino mengatakan, versi revisi buku ‘Bara Perlawanan di Teluk Tomini’ akan segera terbit.
Buku yang bercerita tentang sejarah perjuangan Pahlawan Tombolotutu itu, akan direvisi lebih lengkap dan akurat pada beberapa bagian.
“Rencana buku itu mau kita revisi. Jadi, ada edisi revisinya, semoga terbit tidak lama lagi. Itu lebih lengkap dan akurat. Karena edisi revisi memakai delapan sumber,” jelasnya, saat ditemui usai membawakan materi pada workshop sejarah perjuangan pahlawan nasional Tombolotutu, di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Parigi Moutong, Rabu 13 September lalu.
Menurutnya, buku tersebut perlu direvisi untuk memperkaya fakta dalam cerita perjuangan Tombolotutu. Misalnya kata dia, menggambarkan lebih rinci rute perjalananya, nama tempat dan orang-orang yang membantu atau aktivitas perdaganganya di sepanjang Teluk Tomini.
“Ada beberapa hal yang keliru akan diperbaiki, termasuk rute perjalanan dari Lobu sampai ke Donggulu. Penelitian ini terus berlanjut sehingga menemukan fakta-fakta baru lainya,” terangnya.
Hilman menambahkan, penelitian ini masih berlanjut karena berdasarkan temuanya di lapangan, ada kisah lain yang menarik berkaitan dengan perjuangan Tombolotutu di Teluk Tomini. Seperti aktivitas bisnis yang terhubung dengan Pasar Gorontalo dan bagaimana pertemuanya dengan Bajak Laut.
“Termasuk persoalan bajak laut, kemudian bajak laut punya hubungan dengan beliau, kemudian di Parigi juga ada konflik. Cuma yang menarik bagi saya adalah relasi bisnis, kan beliau ini pedagang. Relasi bisnis ini se-Teluk Tomini. Pasar utamanya Gorontalo,” bebernya.
Hilman menyebutkan, sejak timnya mulai mengumpulkan data lapangan pada 2019 lalu, selama empat tahun itu mereka menemukan ada nama-nama besar lain sejumlah 29 orang yang berkaitan erat dengan sejarah perjuangan Tombolotutu.
Tetapi, hanya satu nama yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, yaitu Tombolotutu karena dia adalah pemimpin dan inisitor perlawanan terhadap penjajah.
“Tahun 2019, saya mulai menelusuri betul-betul dari arsip-arsip kolonial, perpustakaan nasional, maupun arsip digital, termasuk data-data koran di Perpustakaan Nasional saya bongkar. Saya mulai mendapat cerita yang sedikit banyak berbeda dengan yang sudah ditulis,” ungkapnya.
Termasuk kata ia, catatan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan Tombolotutu meninggal pada tahun 1904, yang pada akhirnya ditemukan sebuah fakta baru pada koran nasional yang menuliskan bahwa Tombolotutu dimakamkan 8 September 1901.
“Saya temukan satu koran yang menyatakan bahwa Tombolotutu dimakamkan pada tanggal 8 September 1901, sedangkan buku-buku yang pernah ditulis dan sejarah Kabupaten Parigi Moutong menyatakan bahwa beliau meninggal pada tahun 1904, jadi ada perbedaan tiga tahun. Data koran ini kan valid karena ditulis sehari setelah peristiwa itu,” tutupnya.